Diskusi

Sejak Masa Wali Songo, Islam di Indonesia memiliki Dua Model Bahkan Hingga Sekarang, Yaitu Kelompok Formalis dan Kelompok Esensialis

52
×

Sejak Masa Wali Songo, Islam di Indonesia memiliki Dua Model Bahkan Hingga Sekarang, Yaitu Kelompok Formalis dan Kelompok Esensialis

Sebarkan artikel ini
Sejak Masa Wali Songo, Islam di Indonesia memiliki Dua Model Bahkan Hingga Sekarang, Yaitu Kelompok Formalis dan Kelompok Esensialis

Indonesia dikenal sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Agama Islam sendiri telah berkembang dan berintegrasi dengan budaya lokal sejak masa Wali Songo, sembilan penyebar Islam yang sangat berpengaruh di Jawa pada abad ke-15. Dua model Islam dapat dilihat di Indonesia bahkan hingga sekarang, yaitu kelompok formalis dan kelompok esensialis.

Kelompok Formalis

Kelompok formalis adalah kelompok yang cenderung memandang bahwa pemahaman dan pelaksanaan ajaran Islam perlu didasari oleh literatur dan hukum Islam secara formal dan literal. Bagi kelompok ini, prinsip dasar dan ajaran Islam, seperti yang tercantum dalam Al Quran dan Hadits, harus dimengerti dan dipraktekkan sesuai dengan penjelasan dan tafsiran dari para ulama dan ahli fiqih.

Para formalis berpegang teguh pada ajaran-ajaran yang jelas ditulis dalam sumber-sumber hukum Islam, dan cenderung menolak interpretasi bebas terhadap teks-teks tersebut. Mereka percaya bahwa semua aspek kehidupan dapat dan harus diatur oleh hukum Islam yang tetap dan tidak berubah sepanjang zaman.

Kelompok Esensialis

Sementara itu, kelompok esensialis merupakan kelompok yang menekankan pada esensi atau inti dari ajaran Islam. Mereka cenderung melihat Islam dalam konteks ruang dan waktu, mengadaptasi ajarannya untuk kehidupan modern dan konteks lokal tertentu.

Esensialis memandang bahwa Islam lebih dari sekedar serangkaian aturan dan ritual; agama ini berisi prinsip-prinsip universal yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Bagi kelompok ini, nilai-nilai seperti keadilan, kasih sayang, dan persaudaraan merupakan inti dari ajaran Islam.

Meski kelompok esensialis mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan memperhatikan konteks lokal, mereka tetap berpegang teguh pada nilai-nilai mendasar Islam dan berusaha memastikan bahwa perubahan dan adaptasi tidak menyimpang dari nilai-nilai ini.

Kesimpulan

Masing-masing kelompok memiliki pandangan dan praktek keagamaan yang berbeda, namun keduanya berkontribusi dalam membentuk identitas dan karakteristik Islam di Indonesia. Dua model ini saling mempengaruhi dan melengkapi satu sama lain, membentuk mozaik yang kaya dan beragam dari pengalaman beragama di Indonesia.

Pengaruh Wali Songo tetap menjadi inti dari bagaimana Islam dipraktikkan di Indonesia, dan dua aliran ini – formalis dan esensialis, mewakili keragaman dan inklusivitas umat Islam Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *