Periode konfrontasi dengan Malaysia merupakan salah satu episode penting dalam sejarah politik dan diplomasi Indonesia. Masa tersebut ditandai dengan adanya konflik terbuka yang dikobarkan oleh Presiden Soekarno terhadap pembentukan Federasi Malaysia pada tahun 1963. Selama fase konfrontasi ini, Soekarno tidak hanya berada dalam melewati fase konflik. Dia juga terbukti pro-aktif dalam mempersiapkan Indonesia untuk menghadapi masa konfrontasi tersebut, terutama dengan mencanangkan berbagai program-progran tertentu.
Strategi Militer dan Diplomasi
Pertama dan terpenting, di tengah konfrontasi langsung dengan Malaysia, Soekarno fokus pada peningkatan kekuatan militer Indonesia. Salah satu inisiatif penting dalam konteks ini adalah pembentukan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Tahun 1961, yang menjadi elemen kunci dalam strategi militer Indonesia selama konfrontasi tersebut.
Di sisi lain, Soekarno juga mengadvokasi pendekatan diplomasi aktif untuk meningkatkan posisi negosiasi Indonesia di arena internasional. Dia melancarkan kampanye “Ganyang Malaysia” yang bertujuan untuk mencegah pembentukan Federasi Malaysia dan menarik dukungan internasional terhadap posisi Indonesia.
Program-program Pembangunan
Selama konfrontasi dengan Malaysia, Soekarno juga memanfaatkan kesempatan ini untuk meluncurkan berbagai inisiatif pembangunan di dalam negeri. Salah satu program yang paling dikenal dari periode ini adalah “Pembangunan Nasional Semesta” atau yang dikenal dengan sebutan “PENAS” pada tahun 1961. Tujuannya adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan kemandirian ekonomi.
Politik Dalam Negeri dan Ideologi
Presiden Soekarno juga menggunakan masa konfrontasi sebagai sarana memperkuat posisinya di dalam negeri. Soekarno mencanangkan konsep yang kemudian dikenal sebagai “Nasakom” – singkatan dari Nasionalis, Agama, dan Komunis. Tujuannya adalah menciptakan harmoni antara berbagai kelompok politik di Indonesia dan memastikan stabilitas sosial dan politik selama konflik dengan Malaysia.
Periode konfrontasi dengan Malaysia juga melihat upaya kuat Soekarno untuk memperkuat identitas nasional Indonesia melalui peluncuran ideologi “Pancasila” dan penegakan “UUD 1945”. Dalam suasana nasionalis yang kuat, kedua inisiatif ini mendapat dukungan luas dan menjadi titik sentral dalam politik dan budaya Indonesia.
Kesimpulan
Presiden Soekarno tidak hanya berfokus pada konflik dengan Malaysia, tetapi juga proaktif dalam mempersiapkan Indonesia dari sisi militer, diplomasi, pembangunan, dan politik dalam negeri selama periode konfrontasi tersebut. Jadi, jawabannya apa? Jawabannya adalah bahwa Soekarno mampu menggunakan konfrontasi dengan Malaysia sebagai katalis untuk memajukan berbagai program di banyak bidang, dan mewujudkan visi yang lebih luas untuk Indonesia.