Pada tahun 1930-an, ekonom Inggris John Maynard Keynes merumuskan sebuah teori yang berfokus pada perilaku investor dalam memilih antara uang (yang likuid tapi tidak menghasilkan pendapatan) dan aset non-likuid (yang mampu menghasilkan pendapatan). Dikenal sebagai “Teori Preferensi Likuiditas,” gagasan ini telah menjadi elemen sentral dalam pemikiran ekonomi makro Keynesian.
Konsep Utama Teori Preferensi Likuiditas
Ide utama teori ini adalah bahwa individu memiliki preferensi untuk likuiditas (kemampuan untuk dengan cepat mengkonversi aset menjadi uang) dan akan meminta suku bunga premium sebagai kompensasi untuk penahanan aset non-likuid. Menurut Keynes, terdapat tiga motif mengapa individu memegang uang:
- Motif Transaksi: Individu memegang uang untuk transaksi sehari-hari. Semakin besar pendapatan individu, maka semakin besar uang yang ditahan untuk motif ini.
- Motif Berjaga-jaga (Precautionary): Individu memegang uang untuk memenuhi kebutuhan mendadak atau keadaan darurat.
- Motif Spekulatif: Individu memegang uang untuk memanfaatkan peluang investasi yang mungkin muncul di masa depan.
Implikasi Teori Preferensi Likuiditas
Teori ini memiliki sejumlah implikasi penting untuk ekonomi makro:
- Moneter dan kebijakan fiskal dapat digunakan untuk mempengaruhi permintaan uang individu dan, oleh karena itu, tingkat suku bunga dan aktivitas ekonomi. Misalnya, kebijakan moneter yang memperluas pasokan uang bisa menurunkan suku bunga, yang kemudian dapat merangsang investasi dan aktivitas ekonomi.
- Permintaan untuk likuiditas dapat menjadi stabil atau tidak stabil tergantung pada kondisi ekonomi. Dalam kondisi ekonomi yang goyah, preferensi untuk likuiditas bisa meningkat, sehingga meningkatkan suku bunga dan menurunkan investasi.
Kritik Terhadap Teori Preferensi Likuiditas
Meskipun teori ini memberikan wawasan yang kuat mengenai perilaku likuiditas dan preferensi individu, ada juga beberapa kritik. Salah satu kritiknya adalah teori ini tidak memperhitungkan faktor determinan lain dari permintaan uang, seperti inflasi. Selain itu, teori ini juga mendapatkan kritik karena gagal untuk memperhitungkan peran bank dan lembaga keuangan lainnya dalam proses penciptaan dan manajemen likuiditas.
Kesimpulan
Pada intinya, Teori Preferensi Likuiditas menurut John Keynes menawarkan pandangan unik tentang bagaimana individu menjatuhkan pilihan mereka tentang berapa banyak likuiditas yang mereka inginkan. Meskipun ada beberapa kritik, teori ini tetap menjadi fondasi penting dalam pemahaman ekonomi makro dan kebijakan moneter.