Colombo Plan merupakan inisiatif yang terbentuk pada tahun 1950 dengan tujuan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara. Meskipun tujuannya yang mulia, fitur unik dari rencana ini adalah bahwa keanggotaannya tidak terbatas pada suatu kawasan tertentu dan operasinya bersifat bilateral, yang berbagai pihak berpendapat sebagai faktor yang tidak sepenuhnya mencerminkan kerja sama regional.
Namun, sejalan dengan penjelasan tersebut, penting untuk diakui bahwa Colombo Plan berperan penting dalam mendorong pentingnya kerja sama regional, terutama di wilayah Asia Tenggara. Keberadaannya menjadi semacam ‘stepping-stone’ bagi negara-negara Asia Tenggara untuk melihat pentingnya melakukan pendekatan regional dalam konteks yang lebih luas.
Dekade berikutnya, pertemuan konsultatif The Asia Union di Baguio, Filipina, adalah contoh konkret dari dorongan ini. Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk memperkuat suara Asia dalam forum internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan mendorong kerja sama di bidang ekonomi dan sosial antarnegara di Asia.
Namun, sayangnya, gagasan penting yang dihasilkan dalam pertemuan dari The Asia Union tidak berlanjut ke tahap implementasi. Meskipun demikian, pertemuan ini dan keberadaan Colombo Plan memberi makna penting dan mendorong konsep kerjasama regional di Asia. Walaupun berbagai tantangan dan hambatan mengenai implementasinya, ide ini tetap menjadi penting dan berharga dalam sejarah diplomasi dan hubungan internasional di Asia.
Inti dari kisah ini adalah nilai dan potensi kerja sama regional yang ditekankan oleh Colombo Plan dan Pertemuan Konsultatif The Asia Union, serta pentingnya upaya kontinu untuk mencapai tujuan tersebut meskipun berbagai hambatan dan tantangan yang muncul. Apalagi di era globalisasi saat ini, di mana kerja sama regional semakin menjadi kunci utama dalam memajukan berbagai sektor baik itu ekonomi, sosial, budaya, maupun politik, dan menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan.
