Sebagai wilayah jajahan Belanda, Indonesia pernah mengalami masa-masa yang sulit di bawah penjajahan Belanda. Namun, tak sedikit pejuang yang berusaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, bahkan mereka yang merupakan keturunan Indo-Belanda. Salah satu tokoh yang turut berjuang untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah dan menjadi penentang sistem tanam paksa adalah Ernest Douwes Dekker.
Ernest Douwes Dekker: Pahlawan Nasional Bertabur Darah Keturunan Indo-Belanda
Ernest Douwes Dekker lahir pada 8 Oktober 1879 di Pasuruan, Jawa Timur. Kesadaran Ernest untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dipengaruhi oleh latar belakang keluarganya yang memiliki darah campuran Belanda dan Jawa. Kakeknya, E. Douwes Dekker, adalah penulis libertaer yang terkenal di zamannya dan menggugah perasaan antikolonialisme. Ayahnya, Auguste Douwes Dekker, juga merupakan seorang pejuang antikolonialisme.
Ernest terlahir di tanah perjuangan dengan jiwa kebebasan yang selalu ada dalam darah keluarganya. Di usia 15 tahun, ia memulai pendidikan di Sekolah Pertanian di Belgia. Namun, pada tahun 1900, ia keluar karena menentang penindasan terhadap keluarga pribumi yang disebabkan oleh Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel) di Indonesia.
Penentangan terhadap sistem tanam paksa menjadi salah satu momen krusial dalam perjalanan perjuangannya. Sistem tanam paksa yang diterapkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda menyebabkan petani pribumi terus menerus dipaksa menanam tanaman ekspor seperti tebu, tembakau, kopi, dan lain-lain demi kepentingan ekonomi Belanda. Mereka diperintah bekerja untuk menafkahi keluarganya sendiri dan membayar upeti kepada Belanda.
Melihat ketidakadilan dan tekanan seperti itu, Ernest kemudian memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Ia aktif menyuarakan kritik dan protes terhadap sistem tanam paksa Belanda, sekaligus memupuk semangat nasionalisme dan kebangsaan di kalangan pribumi melalui media dan organisasi.
Pengaruhnya dalam Gerakan Nasionalisme Indonesia
Terbentuknya Indische Partij yang didirikan oleh Ernest Douwes Dekker, Ki Hajar Dewantara, dan Soewardi Soerjaningrat menjadi momentum penting dalam melawan kolonialisme Belanda. Partai ini bertujuan menggalang dukungan dan menyebarkan gagasan kemerdekaan bagi seluruh Indonesia.
Selain itu, Ernest juga menjadi pemimpin harian Kaoem Moeda yang merupakan media yang mengkampanyekan semangat persatuan dan nasionalisme di kalangan generasi muda Indonesia. Pun, ia juga aktif dalam mengabdi pada masyarakat dengan terlibat dalam pendidikan dan kesehatan.
Penghargaan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia
Mengingat jasa-jasanya dalam memperjuangkan Indonesia, Ernest Douwes Dekker dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia pada 16 Maret 1999. Keberanian dan keyakinannya dalam menentang penjajah serta sistem tanam paksa menjadi inspirasi bagi para pejuang kemerdekaan Indonesia.
Tokoh sekaliber Ernest Douwes Dekker ini menjadi bukti bahwa persekutuan antara keturunan Indo-Belanda dan pribumi dalam mencapai kemerdekaan victoria happened. Dedikasinya dalam memerangi penindasan merupakan semangat yang menjadi warisan dan inspirasi bagi generasi berikutnya dalam melanjutkan perjuangan mempertahankan kedaulatan dan keutuhan Republik Indonesia.