Kebudayaan adalah cerminan dari suatu masyarakat, sebuah fenomena kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, etika, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lainnya yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Dalam menganalisis kebudayaan, kita sering kali berhadapan dengan dua kategori: budaya tinggi dan budaya populer. Kata ‘tinggi’ dan ‘populer’ bukanlah penilaian nilai, tetapi lebih ke arah bagaimana mereka diproduksi, dikonsumsi, dan disebarluaskan.
Budaya tinggi biasanya diasosiasikan dengan seni dan literatur klasik seperti opera, teater, serta karya sastra klasik. Ini merujuk pada produk budaya yang dianggap memiliki nilai estetika atau intelektual ‘tinggi’. Sementara itu, budaya populer mencakup budaya yang lebih mudah diakses dan dikonsumsi oleh masyarakat umum, mencakup musik pop, film, dan televisi, komik, dan lainnya.
Memahami budaya tinggi memang memerlukan pengetahuan khusus dan mendalam. Mengonsumsi dan menghargai seni dan literatur klasik seringkali membutuhkan pemahaman yang lebih besar tentang sejarah dan konteksnya. Namun, menganggap budaya tinggi lebih baik daripada budaya populer adalah sebuah kesalahpahaman.
Pertama, nilai budaya tidak ditentukan oleh kompleksitas atau aksesibilitas, tetapi oleh dampaknya pada masyarakat dan individu. Misalnya, trend TikTok, bagian dari budaya populer, telah memiliki dampak besar dalam membentuk opini publik, mempromosikan budaya digital, dan memberi platform bagi seniman dan pembuat konten. Ini menunjukkan bahwa budaya populer juga memiliki daya ungkit dan intensitas yang signifikan dalam masyarakat kontemporer, sejajar dengan budaya tinggi.
Kedua, kedua budaya ini saling ketergantungan dan saling memengaruhi. Banyak elemen budaya tinggi yang dipengaruhi oleh budaya populer dan sebaliknya. Sebagai contoh, film “Black Panther” merupakan karya budaya populer yang menggunakan elemen budaya Afrika yang bisa dianggap sebagai bagian dari budaya tinggi.
Terakhir, pendekatan elitisme terhadap budaya tinggi dapat merusak keragaman dan inklusivitas budaya. Setiap bentuk budaya memiliki merit dan nilai yang unik dan relevan dalam konteks tertentu. Kesenian tradisional di Indonesia penuh dengan simbolisme dan filosofi, tetapi musik pop Indonesia juga berhasil menciptakan koneksi emosional dengan pendengarnya.
Dengan demikian, menghargai kebudayaan bukanlah tentang memilih budaya tinggi atau populer, tetapi lebih kepada pemahaman dan penghargaan terhadap diversitas budaya yang ada. Ini bagian inti dari pemahaman kita tentang hakikat kebudayaan.